Mahasiswa Hari Ini: Suara Lantang atau Cuma Like & Share?

SahabatPers.com – Dahulu, kampus adalah pusat perlawanan. Demonstrasi besar dimulai dari gerbang fakultas. Suara mahasiswa menggema dari ruang kelas hingga jalan raya. Namun hari ini, suara itu terdengar lebih pelan—atau bahkan hanya berbentuk emoji dan tagar viral di story Instagram.

Fenomena ini menjadi tanda tanya besar: ke mana daya kritis mahasiswa hari ini? Apakah aktivisme kampus sudah mati, atau hanya berganti rupa?

📲 Aktivisme Digital: Nyaring di Dunia Maya, Sepi di Aksi Nyata?

Media sosial kini menjadi panggung utama mahasiswa. Isu-isu nasional ramai diperbincangkan, tapi hanya sebatas like, repost, dan comment. Bahkan petisi online yang menuntut perubahan pun sering berakhir tanpa langkah nyata di lapangan.

Salah satu mahasiswa UIN Raden Fatah, sebut saja bang dika, mengaku lebih nyaman menyuarakan pendapat lewat Tiktok dibanding turun ke jalan.

“Saya sadar pentingnya isu, tapi kadang mikir juga, ngapain turun ke jalan kalau hasilnya juga nggak jelas? Di medsos bisa lebih luas jangkauannya,” katanya.

Namun benarkah itu cukup?

Organisasi Mahasiswa: Ada, Tapi Minim Gerakan

Organisasi intra kampus seperti SEMA, DEMA, atau UKMK masih berjalan. Tapi banyak yang berfokus pada event, lomba, atau seminar motivasi, bukan gerakan advokasi. Padahal, fungsi mahasiswa bukan sekadar pelengkap birokrasi.

Salah satu Ketua SEMA-F mengakui:

“Banyak mahasiswa yang ogah ribet. Mereka ikut organisasi, tapi nggak mau terlibat dalam isu-isu struktural. Lebih minat ke konten atau personal branding.”

Mahasiswa atau Influencer?

Banyak mahasiswa kini lebih sibuk membangun citra online: konten TikTok, reels, hingga podcast pribadi. Sementara itu, isu-isu penting seperti kenaikan UKT, fasilitas kampus yang buruk, atau kebijakan birokratis yang merugikan mahasiswa sepi peminat.

Ironisnya, konten kritik atau edukatif justru kalah pamor dari video lipsync atau haul baju.

Akar Masalahnya Apa?
Beberapa faktor yang membuat daya kritis mahasiswa merosot antara lain:
1.Rasa apatis karena tidak percaya lagi pada perubahan sistem.
2.Tekanan akademik dan ekonomi yang tinggi.
3.Pola asuh kampus yang lebih “tertib administratif” daripada mendorong keberanian berpikir bebas.
4.Takut dianggap “cari masalah” kalau terlalu vokal.

Aktivisme tidak harus selalu turun ke jalan. Tapi kritik tetap harus hidup. Mahasiswa bisa mulai dari:
1.Membuat konten edukatif yang tajam dan mencerahkan.
2.Membangun forum diskusi kritis di kampus.
3.Menghidupkan media kampus seperti Sahabat Pers untuk jadi ruang kritik yang sehat.
4.Mengawasi dan menyuarakan kebijakan kampus dengan elegan dan berbasis data.

Seperti kata Soe Hok Gie:

“Lebih baik diasingkan daripada menyerah pada kemunafikan.”

Mahasiswa hari ini bukan tidak peduli. Tapi mungkin sedang kehilangan arah, atau tidak menemukan tempat yang tepat untuk bersuara.

Jangan sampai kita hanya menjadi generasi “like & share”, tapi diam saat hak kita dikerdilkan. Karena sejarah selalu mencatat, bahwa perubahan besar berawal dari suara kecil yang berani.

Penulis: Tim Redaksi Sahabat Pers
Ilustrasi: @sahabatpers

  • Related Posts

    Malam Puncak Harlah ke-80 RI di Kampung Bangun Sari Meriah, Wakil Walikota Pagar Alam Turut Hadir

    Pagar Alam,SahabatPers – Suasana penuh semangat kebangsaan terasa begitu kental di Kampung Bangun Sari, Kelurahan Bangun Jaya, Kecamatan Pagar Alam Utara. Ratusan masyarakat tumpah ruah menghadiri Malam Puncak Hari Lahir ke-80 Republik Indonesia, sebuah momentum bersejarah yang digelar dengan khidmat sekaligus meriah. Acara ini semakin istimewa…

    UKMK Karate UIN Raden Fatah Gelar Pelatihan dan Pendidikan Gashuku

    Palembang, Sahabatpers.com – Unit Kegiatan Mahasiswa Khusus (UKMK) Karate Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah Palembang sukses melaksanakan kegiatan Pelatihan dan Pendidikan Gashuku di rumah adat Dekranasda Kota Palembang pada Sabtu (6/09/25). Kegiatan ini diikuti oleh anggota aktif, para senior, serta mahasiswa baru yang memiliki minat…

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *

    You Missed

    Rayon Ushuluddin Gelar Diskusi Kader: Membaca Ulang Pemikiran Karl Marx

    Rayon Ushuluddin Gelar Diskusi Kader: Membaca Ulang Pemikiran Karl Marx

    Malam Puncak Harlah ke-80 RI di Kampung Bangun Sari Meriah, Wakil Walikota Pagar Alam Turut Hadir

    Malam Puncak Harlah ke-80 RI di Kampung Bangun Sari Meriah, Wakil Walikota Pagar Alam Turut Hadir

    UKMK Karate UIN Raden Fatah Gelar Pelatihan dan Pendidikan Gashuku

    UKMK Karate UIN Raden Fatah Gelar Pelatihan dan Pendidikan Gashuku

    Sahabat Pers | Melirik Rekam Jejak Askolani Netta dalam Memimpin Banyuasin

    Sahabat Pers | Melirik Rekam Jejak Askolani Netta dalam Memimpin Banyuasin

    Cipayung Kabupaten OKU Memberikan Pernyataan Terkait Aksi 01-September-2025 ( TIDAK TERLIBAT DALAM PROSES AKSI )

    Cipayung Kabupaten OKU Memberikan Pernyataan Terkait Aksi 01-September-2025 ( TIDAK TERLIBAT DALAM PROSES AKSI )

    Gelombang Amarah Tak Terbendung: Rumah Uya Kuya Digerebek Ratusan Warga, Situasi Semakin Memanas

    Gelombang Amarah Tak Terbendung: Rumah Uya Kuya Digerebek Ratusan Warga, Situasi Semakin Memanas